Hutan Kota Tibang, Paru-paru Banda Aceh yang Hasilkan 37 Ton Oksigen/Hari

Banda Aceh – Saban hari, hutan ini ramai dikunjungi warga. Terlebih di hari libur, hutan yang di bangun Pemko Banda Aceh bersama BNI ini menjadi destinasi wisata bagi masyarakat untuk menghabiskan waktu berakhir pekan.

Setiap harinya, tampak hutan ini dipenuhi pengunjung. Masyarakat, baik warga Banda Aceh maupun dari luar daerah menjadikan kawasan ini sebagai salah satu tujuan wisata. Tidak sedikit dari mereka memboyong anggota keluarga, temasuk anak-anak untuk menikmati sejuknya hutan yang terletak di Gampong Tibang Kecamatan Syiah Kuala tersebut.

Wajar saja, karena di Hutan Kota Tibang ini juga dilengkapi fasilitas tempat bermain anak (Playground). Pada tahun 2019 lalu, Pemko melalui Dinas Lingkungan Hidup, Keindahan dan Kebersihan Kota (DLHK3) menyediakan ruang bermain anak yang telah tersertifikasi oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak Republik Indonesia. Sangat aman dan nyaman bagi anak-anak. Mereka bisa bermain sepuasnya dengan gratis, karena Pemko tidak memungut biaya bagi warga yang ingin masuk ke Hutan Kota Tibang.

Bagi para pengunjung, kawasan ini juga sering dijadikan sebagai tempat berolahraga. Pemko telah membangun jogging track sepanjang 500 meter. Bisa digunakan warga untuk berlari-lari kecil atau untuk berolahraga ringan lainnya.

Bagi penyandang disabilitas, tidak perlu ragu mendatangi tempat ini, karena juga tersedia jalan setapak yang ramah bagi kaum difabel. Pada tahun ini, DLHK3 telah memperbaiki jalan setapak di Hutan Kota Tibang yang ramah bagi penyandang cacat.

Menuju ke lokasi ini sangat mudah, hutan buatan seluas 7,15 hektar yang diresmikan Presiden SBY ini bisa diakses dari jalan utama Banda Aceh ke arah Krueng Raya. Sebelum melewati jembatan Alue Naga, Hutan Kota Tibang ini berada, tepatnya disamping Kampus Ubudiah. Yang ingin ke sana hanya berbelok sedikit ke kiri, hanya sekitar 50 meter saja dari jalan besar.

Saat memasuki kawasan Hutan Kota, pengunjung langsung disambut jembatan kecil nan indah. Dihiasi warna-warni di tiang-tiangnya, jembatan mungil ini seakan memberi garansi bagi pengunjung bakal merasa nyaman dan ingin lama-lama berada di kawasan ini.

Beranjak sedikit ke dalamnya, semua mata pengunjung akan dimanjakan dengan aneka jenis tanaman yang membuat hutan ini terasa teduh karena dipenuhi pepohonan yang tumbuh rimbun. Ada juga berbagai jenis bunga. Ditambah kicauan aneka jenis burung membuat pengunjung enggan beranjak pulang. Hingga saat ini, sudah ada 25 spesies burung menghuni Hutan Kota Tibang. Tak mengherankan, ketika pengunjung sering melihat kawanan burung melewati kawasan ini.

Ketika melangkahkan kaki lebih ke dalam lagi, akan ada jembatan tajuk. Dulu sempat rusak dan sekarang sudah diperbaiki. Dari atas jembatan ini atau yang sering disebut dengan di canopy trail, pengunjung berkesempatan melepaskan pandangan dengan leluasa karena ketinggiannya mencapai sekitar 25 meter. Di posisi ini, pengunjung dapat melihat keanekaragaman hayati dari atas, bisa melihat berbagai variasi tajuk dari berbagai pohon.

Selain itu juga terdapat sebuah jembatan di atas rawa bakau. Dari atas jembatan ini pengunjung sering berswafoto sekedar untuk mengabadikan moment berkunjung ke lokasi ini dengan latar hutan bakau.


Kepala Bidang Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan DLHK3 Banda Aceh, Tarmizi ST mengatakan, Hutan Kota Tibang tadinya merupakan lahan gersang bekas hantaman bencana tsunami yang menimpa Aceh 2004 silam. Pemko bersama BNI menyulap lahan ini menjadi Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai tindaklanjut konsep Banda Aceh Green City.

Katanya, pembangunan Hutan Kota Tibang merupakan program prioritas Pemko di bidang lingkungan. Pemko menganggap penting prinsip pembangunan berkelanjutan yang merupakan bagian dari agenda globlal 2015-2030, yaitu Sustainable Development Goals (SDGs). Dengan SDGs, maka akan menyeimbangkan pembangunan dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan.

Hutan Kota Tibang saat ini telah ditumbuhi 5000 batang pohon dengan jenisnya mencapai 150 jenis pohon. Ada cemara laut, waru, ketapang, glumpang hingga kelapa. Ribuan batang pohon yang ada di hutan ini kemudian mampu memproduksi oksigen hingga 37 ton/hari.

“Keberadaan Hutan Kota Tibang ini telah menjelma menjadi paru-paru Kota Banda Aceh karena mampu menghasilkan 37 ton oksigen per harinya,” ungkap Tarmizi ST.

Bukan hanya itu, dengan ribuan pohon yang kini tumbuh, Hutan Kita Tibang mampu menyerap karbondioksida (CO2) dalam jumlah besar. Sesuatu yang sangat dibutuhkan sebuah kota untuk mengantisipasi pemanasan globlal.

Yang tidak kalah penting lagi, Hutan Kota Tibang dengan aneka ragam flaura dan fauna di dalamnya juga telah menjelma menjadi sebagai sebuah tempat penelitian dan taman edukasi bagi para pelajar di Kota Gemilang.

Sejak tahun 2017 hingga sekarang, pemeliharaan Hutan Kota Pemko bekerjasama dengan komunitas Sahabat Hijau (SAHI). Pada tahun 2017, SAHI mengelola dana Corporate Social Responsibility (CSR) BNI untuk pemeliharaan Hutan Kota Tibang. Bukan hanya itu, dengan CSR tersebut Sahabat Hijau juga mendorong pemberdayaan ekonomi masyarakat tibang terhadap keberadaan Hutan Kota. Dari pemberdayaan ekonomi tersebut, selain warga telah menitipkan jajanan snack ke souvenir Hutan Kota, juga sudah menghasilkan produk pupuk yang berkualitas dari pemanfaatan daun-daun kering dari hutan ini. Rata-rata pupuk yang sudah laku terjual 1.500 kg atau setara Rp3 juta/minggu. Kini sahabat hijau juga aktif memberikan masukan-masukan upaya pemeliharan kawasan ini dan turut andil dalam mengelola website Hutan Kota Tibang.

Dengan segala kelebihan yang dimiliki, Hutan Kota Tibang pernah meraih juara III penghargaan Inovasi Manajemen Perkotaan (IMP) tingkat Nasional.

Sementara itu, Kepala DLHK3 Banda Aceh, Hamdani Basyah SH mengungkapkan Hutan Kota Tibang menjadi salah-satu ketersediaan RTH di Banda Aceh.

Katanya, sesuai dengan dengan Pasal 29 Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, setiap pemerintah daerah wajib menyediakan ruang terbuka hijau minimal 30 persen dari luas wilayah untuk meningkatkan kualitas lingkungan. 20 persen dibebankan kepada pemerintah daerah dan 10 persen kepada masyarakat.

“Sesuai arahan Wali Kota, Banda Aceh terus berupaya menambah RTH. Saat ini, Pemko sudah merealisasikan RTH sebanyak 14,33 % (kewajiban pemerintah). Sementara milik private (masyarakat) ketersedian RTH sudah ada 11,5 %,” ungkap Hamdani Basyah.

“Sisanya, hanya 5,67 % lagi. Ini akan terus diupayakan sehingga RTH seluruhnya bisa memenuhi 20 % (kewajiban pemko) sesuai amanah undang-undang,” kata mantan Kadispora ini.

Ia pun mengungkapkan, dalam memenuhi RTH tersebut Pemko Banda Aceh terus mengimplementasikan berbagai kebijakan dan merancang berbagai program, salah-satunya membangun kerjasama dengan Universitas Sains Malaysia (USM) sejak tahun 2017. Pemko menggandeng salah-satu kampus ternama di Malaysia itu untuk menyusun masterplan Hutan Kota yang akan diperluas mencapai 98 hektar.

“Tentu kita semua berharap program ini akan cepat terealisasi sehinga semakin banyak RTH di Banda Aceh yang kemudian membuat kota ini semakin ramah lingkungan, sejuk dan semakin nyaman ditinggali,” ujar Hamdani.

Ia juga mengajak seluruh warga kota untuk ikut berpartisipasi dan mendukung program-program kebersihan dan keindahan kota. Karena tanpa dukungan masyarakat, program program yang telah dirancang Pemko tidak akan berjalan maksimal.[]

Visits: 661