DLHK3 Olah Sampah jadi Gas Metan, Sudah Dimanfaatkan 210 KK untuk Memasak

Pipa yang dipasang DLHK3 Banda Aceh di TPA Gampong Jawa sebagai penangkap gas metan. Gas ini kemudian disalurkan untuk 210 KK di sekitar TPA.

Banda Aceh – Pemerintah Kota Banda Aceh melalui Dinas Lingkungan Hidup, Keindahan dan Kebersihan Kota (DLHK3) berinovasi mengolah sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Gampong Jawa menjadi gas metan.

Bahkan, hingga saat ini gas metan tersebut sudah dimanfaatkan 210 KK di dua gampong (Desa) sekitar TPA, yakni Gampong Jawa dan Gampong Pande. Mereka tidak perlu mengeluarkan biaya lagi untuk membeli elpiji, karena untuk kebutuhan memasak sehari-hari sudah ada gas metan gratis dari TPA.

“Gas metan yang dihasilkan dari sampah ini kita salurkan ke rumah-rumah warga. Sudah bisa dinikmati 210 KK di Gampong Jawa dan Gampong Pande untuk memasak. Kita salurkan gratis dengan memasang jaringan pipa hingga ke dapur warga. Untuk tahun 2020 ini kita targetkan bisa dinikmati hingga 250 KK,” ujar Kasubbagian Program dan Pelaporan DLHK3, Yusrida Arnita SP M Sc, Jumat (8/5/2020).

Program ini digagas DLHK3 selaku dinas teknis yang berkerja sama dengan YKU (Yayasan Kemaslahatan Ummat). YKU memberikan bantuan teknis perancangan instalasi pengumpul dan penyaluran gas metan TPA. Untuk mendukung kelancaran program ini, DLHK3 telah mengalokasikan dana sekitar Rp 1,1 M melalui anggaran tahun 2015 sampai dengan 2019.

Program ini tidak sederhana, bahkan butuh sembilan tahapan untuk merealisaikannya. Tahap pertama dimulai dengan perencanaan pemanfaatan dan penyaluran gas metan. Kemudian dilanjutkan dengan pekerjaan teknis pemasangan alat pengumpul dan penangkap gas metan, identifikasi calon penerima manfaat dari gas metan TPA hingga tahap terkahir menyalurkan gas metan ke rumah warga.

Kata Yusrida Arnita, ada beberapa hal yang menjadi faktor pendorong DLHK3 untuk menerapkan program pemanfaatan gas metan TPA dan menyalurkannya kepada warga sekitar.

Katanya, Indonesia termasuk 10 negara penghasil Gas Rumah Kaca (GRK) terbesar dengan 1.991 MTon setara CO2 pada tahun 2005, dan diproyeksikan akan meningkat menjadi 2.614 MTon setara CO2 pada tahun 2020, 8-11% dari GRK tersebut berasal dari aktivitas di sektor pengelolaan sampah.

Gas metan sebagai salah satu penghasil emisi GRK yang dihasilkan dari proses dekomposisi alamiah sampah organik secara anaerob pada lahan urug. 95 % dari keseluruhan GRK yang dihasilkan dari sektor pengelolaan sampah adalah gas metan.

“Isu climate change merupakan bahan pertimbangan utama dalam penerapan pengelolaan sampah terpadu di Kota Banda Aceh, selain dari memberikan pelayanan persampahan secara optimal kepada warga. DLHK3 berkomitmen untuk menurunkan emisi GRK yang dilepaskan dari TPA Kota Banda Aceh,” ungkap sosok yang akrab disapa Rida.

Lanjutnya, latar belakang lain adalah gas metan yang yang dihasilkan di lahan urug TPA Kota Banda Aceh apabila tidak di-flare (dinyalakan) atau di-vent (dilepaskan) ke udara bebas akan menyebabkan ketidakstabilan struktur tumpukan lahan urug. Disamping itu, apabila tidak ada titik-titik pelepasan gas metan yang direncanakan, lahan urug menjadi rentan terhadap resiko kebakaran.

Diungkapkannnya, lahan urug TPA ini pernah mengalami kebakaran kecil akibat kelalaian pemulung yang merokok dan tidak menyadari resiko kebakaran akibat tersulutnya gas metan. “Nah, belajar dari pengalaman tersebut, DLHK3 hinga tahun 2019 telah memasang 28 pipa vertikal untuk menangkap gas metan dan mengurangi risiko kebakaran lahan urug,” ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Keindahan dan Kebersihan Kota (DLHK3) Banda Aceh, Hamdani SH menambahkan, inisiatif pemanfaatan gas metan tersebut muncul sebagai respon DLHK3 yang sering menerima keluhan masyarakat terkait dampak negatif dari TPA.

Kata Hamdani, penyaluran gas metan kepada masyarakat menjadi titik pijakan kerjasama yang baik antara warga disekitar TPA dengan DLHK3. 

“Peran penting yang kita ambil dalam pelaksanaan program ini adalah sebagai inisiator yang melihat program ini sebagai langkah strategis dalam mengusahakan pengelolaan TPA yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan,” kata mantan Kadispora Banda Aceh ini.

Lanjutnya, Pemerintah Kota Banda Aceh akan terus berinovasi dalam melakukan pengelolaan sampah di TPA Gampong Jawa.

Karena ke depannya apabila tidak di kelola dengan baik sampah akan menjadi masalah bagi ‘Kota Gemilang’. “Kita akan terus mengupayakan agar sampah yang ada di kota ini dapat dikelola dengan baik guna kepentingan masyarakat,” ujarnya.

Salah satu IRT, Nur Ely penerima manfaat gas metan dari TPA Gampong Jawa sedang memasak di dapurnya. DLHK3 Banda Aceh berhasil mengolah sampah menjadi gas metan dan disalurkan gratis untuk 210 KK di sekitar TPA.

Nurhayani: Saya Bisa Bantu Ekonomi Keluarga

Salah satu penerima manfaat, Nurhayani (40 Th) warga Gampong Jawa, mengaku sangat terbantu dengan inovasi yang dilakukan DLHK3.

Sebagai IRT dari keluarga kurang malan,  Nurhayani bisa memanfaatkan gas metan dari TPA tersebut untuk usahan kecil-kecilannya, usaha Bakso Goreng.

Pasokan gas gratis yang ia dapatkan sangat membantu dirinya, karena tidak perlu modal besar untuk membeli bahan bakar gas.

“Saya buka usaha bakso goreng kecil-kecilan, untuk bantu ekonomi keluarga. Karena suami masih kerja sama orang,” ujar sosok yang biasa disapa Kak Nong.

Kak Nong mengaku, sebelum menerima pasokan gas tersebut, untuk usahanya itu, ia harus membeli gas isi 3 kg hingga 3 tabung untuk kebutuhan seminggu.

“Namun selama mendapatkan gas dari TPA, saya hanya beli 1 tabung saja per minggunya. Itupun untuk jaga-jaga kalau terjadi hujan dan angin kencang. Karena kalau hujan pasokan gas dihentikan sementara,” cerita Kak Nong.

Kepada Pemko, ibu tiga anak ini berharap program pengolahan sampah menjadi gas metan dapat terus berjalan, agar masyarakat seperti dirinya bisa terus dibantu.

Karena, kata Kak Nong, bantuan tersebut benar-benar dirasakan manfaatnya oleh warga. Bahkan ia dan warga penerima manfaat lainnya tidak perlu mengeluarkan biaya sedikitpun, mulai jaringan pipa hingga kompor diberikan gratis oleh DLHK3.

“Kami tinggal hidupin kompor saja untuk memasak,” tutup Kak Nong yang mulai menikmati bio gas ini dari tahun 2017.[]

Visits: 125