Cerita Pasukan Orange, Si Penjaga Kebersihan Krueng Daroy

Banda Aceh – Peran pekerja harian lepas dari Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Keindahan (DLHK3) Banda Aceh atau yang lebih dikenal dengan ‘Pasukan Orange’ sangat besar dalam membuat sungai-sungai di Banda Aceh tetap bersih. Peran mereka sangat dibutuhkan ‘Kota Gemilang’.

Total 28 petugas yang juga biasa disebut dengan personil service team setiap harinya khusus bekerja menjaga kebersihan sungai-sungai yang mengaliri Kuta Raja.

Seperti yang dilakukan Rabu (23/9/2020), M Jamil, salah-satu petugas kebersihan sungai tampak berlumuran lumpur usai turun ke Krueng Daroy Kanal Meukutop.

Ia bersama rekan-rekannya, Sofyan, Mursalin M Majid, Saifullah, dan M Arief memang rutin mengangkut sampah dari sungai tersebut pada pagi hari.

Saat diwawancara, ia mengatakan sampah yang dikumpulkan jumlahnya tidak menentu, kadang banyak, kadang juga hanya sedikit.

“Kadang cuman 5 keranjang, kadang juga bisa sampai penuh mobil bahkan tidak cukup untuk menampung. Semakin tinggi curah hujan semakin banyak pula sampah apung di sini,” ujarnya sambil menunjuk ke arah Krung Daroy.

Ia mengaku, tak jarang kecipratan kotoran saat mengangkut sampah dari keranjang ke dalam mobil.

Tugas mereka tidak hanya mengangkat sampah dari sungai, karena ia dan rekan-rekan yang lain harus melanjutkan tugas ke Jl Imam Bonjol. Di sana mereka mengumpulkan sampah kelapa untuk diangkut.

Tidak berhenti di situ, M Jamil juga rutin membersihkan dan mengangkut sampah dari beberapa sungai lain, seperti kanal Punge, Krueng Aceh (wilayah Kuta Alam dan Lueng Bata), Krueng Lampriet, Krueng Rukoh (jembatan Lamnyong-Pasar), Krueng Doy dan Blower.

Kepala Seksi Operasional Kebersihan Dian Adiyanto ST MT mengatakan, para petugas juga melakukan pekerjaan serupa di jembatan kanal Lampriet dan rukoh dari jembatan sampai meunasah.

Ia menjelaskan, petugas DLHK3 hanya fokus menangani sampah apung di sejumlah sungai yang ada di wilayah Kota Banda Aceh, tidak termasuk sampah sendimen/lumpur.

“Tugas kita hanya sampah apung, kalau sampah sendimen itu sudah jadi tanggung jawab Dinas PUPR,” jelasnya.

Ia juga mengungkapkan rencana pengembangan/peningkatan pembersihan sungai akan ditingkatkan jumlah titik penghalau sampah (Waste trap) di beberapa sungai.


Selama ini, lanjutnya, hanya ada 2 titik waste trap. 1 titik Krueng Daroy dekat Taman Putroe Phang yang terbuat dari beton dan 1 titik lagi di krueng Lampaseh yang terbuat dari jaring.

Untuk tahun ini di APBK Perubahan, nantinya DLHK3 akan menyediakan waste trap berbentuk kubus terapung pada 2 titik di Krueng Lampaseh, dan pada tahun 2021 di rencanakan sebanyak 2 titik di Krueng Daroy.

Setiap titik waste trap tersebut dipasang sepanjang 15 meter melintangi sungai dengan lebar 1 meter. Dari segi teknis, pemasangan waste trap akan memudahkan pekerja untuk mengakses pengambilan sampah yang terjaring pada kubus terapung tersebut.

“Kali ini kita mencoba waste trap-nya dari kubus untuk lebih efektif dan efisien dari segi teknis pembersihan sampahnya. Ini strategi DLHK3 memperbanyak titik waste trap di beberapa sungai yang melintasi perkotaan agar tidak kelihatan sampahnya membludak pada badan sungai yang melintasi daerah pusat perkotaan. Strategi ini dalam rangka mewujudkan Banda Aceh Gemilang Dalam Bingkai Syariah, dimana kebersihan dan keindahan kota menjadi salah satu prioritas pembangunan,” ungkap Dian Adiyanto.

Selain penyediaan/pemasangan waste trap, DLHK3 pada tahun 2021 menyediakan perahu karet. Perahu karet tersebut nantinya dipergunakan untuk mengantisipasi sampah-sampah terapung yang tersangkut di pinggiran sungai. Perahu karet tersebut akan ditempatkan stand by pada sungai Krueng Daroy dan Krueng Lampaseh tersebut.

Kepada warga kota, Dian Adiyanto mengimbau ikut mendukung dan berpartisipasi menjaga kebersihan sungai. Katanya, sungai harus dijaga kelestariannya karena berfungsi sebagai salah-satu sumber kehidupan.[]

Visits: 65