Inovasi Biogas TPA Gampong Jawa

Pipa untuk menarik gas metana (CH4) yang terletak di puncak TPA Gampong Jawa, Banda Aceh DLHK3/CMD

Banda Aceh – Sampah bisa menjadi permasalahan besar di masa mendatang jika pengelolaannya tidak optimal dari sekarang. Dengan pengelolaan yang baik, sampah dapat menjadi barang baru bahkan bisa menjadi sumber energi terbarukan. Pemerintah Kota Banda Aceh, menunjuk Dinas Kebersihan dan Keindahan Kota (DLHK3) sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan lingkungan, kebersihan dan keindahan kota.

Seluruh sampah Kota Banda Aceh diangkut ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang terletak di Gampong Jawa, Kecamatan Kutaraja. Dalam satu hari jumlah sampah yang diangkut mencapai 200 ton. Volume sampah terus bertambah dari tahun ke tahun. Hingga tahun 2018 sampah di TPA mencapai ketinggian 33 meter di atas permukaan laut. Pemerintah terus menciptakan inovasi kreatif untuk mengatasi hal ini. Beragam cara pengelolaan sampah sudah dilakukan DLHK3 seperti program Bank Sampah, Komposting Skala Rumah Tangga, kerajinan karya daur ulang, dan yang paling menarik adalah pemanfaatan sampah TPA menjadi biogas.

Timbunan sampah dalam skala besar akan menghasilkan gas metana (CH4) yang dapat dimanfaatkan menjadi bahan bakar. Bahan bakar yang dihasilkan dari gas metana (CH4) ini disebut Biogas. Pada kedalaman 3 meter di bawah tanah TPA Gampong Jawa telah dipasang instalasi pipa untuk mengalirkan biogas ke rumah warga. Pada bagian puncak TPA terdapat 27 pipa yang berguna untuk menarik gas metana. Biogas yang dihasilkan dari gas metana tidak memiliki tekanan dan tidak mudah meledak. Berbeda dengan gas elpiji yang memiliki tekanan dan mudah meledak jika ada kebocoran.

Inovasi Biogas ini diciptakan tahun 2015 dan mendapat peringkat Top 40 Sistem Informasi Inovasi Pelayanan Publik (Sinovik) tahun 2017. Untuk Pulau Sumatera pemanfaatan gas metana (CH4) menjadi biogas hanya ada di TPA Gampong Jawa, Banda Aceh. Ini merupakan suatu prestasi yang perlu diapresiasi oleh semua pihak. Biogas ini diberikan secara gratis kepada warga kurang mampu yang tinggal di Gampong Jawa dan Gampong Pande yang terletak di sekitar TPA Gampong Jawa. Para ibu rumah tangga dapat menggunakan biogas ketika memasak makanan untuk keluarga.

Dari tahun 2015 jumlah rumah tangga penerima bantuan biogas terus bertambah. Pada tahun pertama bantuan biogas diberikan untuk 25 rumah tangga, berikutnya tahun 2016 diberikan untuk 27 rumah tangga, dan di tahun 2017 diberikan untuk 60 rumah tangga. Hingga tahun 2018 bantuan biogas sudah diberikan kepada 175 rumah tangga. Berdasarkan keterangan T. Darma, selaku Koordinator Biogas TPA Gampong Jawa, saat diwawancarai Sabtu (15/9), diperkirakan gas metana (CH4) dari TPA Gampong Jawa ini dapat dimanfaatkan hingga 15 tahun ke depan.

Keunikannya, biogas ini dialirkan kerumah warga melalui pipa instalasi 1 inch (induk) yang didorong dengan mesin kompressor. Warga dapat menggunakan biogas hanya pada jadwal yang telah ditentukan yaitu pukul 08.00 s.d 12.00 dan pukul 15.00 s.d 18.00. Ini merupakan waktu produktif ibu rumah tangga beraktifitas di dapur untuk menyiapkan makanan.

Wina (40), salah satu warga Gampong Jawa penerima pemanfaatan biogas TPA Gampong Jawa mengatakan bahwa dengan adanya biogas dia dapat menghemat sebanyak 3 buah tabung elpiji dengan berat 3 kilogram. Wina berharap agar biogas ini terus berlanjut dan jadwal penggunaannya nonstop. “Saya sudah menggunakan biogas ini selama dua tahun. Dalam sebulan saya dapat menghemat 3 buah tabung elpiji 3 kilogram seharga 35 ribu” ujar Wina saat diwawancarai di rumahnya, di Dusun Tgk. Muda, Senin (17/9).

Warga Gampong Jawa lainnya, penerima bantuan biogas bernama Nurhayani (30). Ibu penjual bakso ini merasa sangat terbantu dari segi keuangan dengan adanya biogas ini. Setiap pagi, ketika mulai pukul 08.00 Nurhayani sudah mulai merebus air dan bakso menggunakan biogas. “Dengan adanya biogas membantu sekali, saya bisa merebus bakso dan menggoreng kue untuk jualan setiap hari. Satu elpiji seberat 3 kilogram bisa bertahan 7 hari, jika ada biogas. Selama sebulan saya hanya membeli 4 buah elpiji” ujar Nurhayani.

Salah satu ibu rumah tangga lainnya, Eli (30) berharap agar biogas ini terus berlanjut dengan pendampingan yang baik lagi. “Saya berterima kasih kepada DLHK3, dan berharap biogas ini terus dilanjutkan dengan pendampingan yang lebih baik” ujar Eli.

Banyak manfaat yang didapat warga penerima biogas. Pemerintah berupaya untuk terus menambah jumlah penerima bantuan biogas setiap tahunnya. Inovasi biogas ini membuktikan bahwa membuang sampah bukan akhir tindakan. Sampah akan bernilai guna dan dapat bermanfaat bagi orang banyak jika dikelola dengan baik. (cmd)

Visits: 1060